Kebiasaan belanja konsumen Indonesia terus berkembang, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan gaya hidup, perkembangan teknologi, dan kondisi ekonomi. Di tahun 2024, pola belanja orang Indonesia menunjukkan tren yang menarik, terutama dalam preferensi mereka terhadap toko fisik dan platform belanja online. Berdasarkan survei terbaru, mayoritas orang Indonesia masih memilih berbelanja di toko fisik, meskipun platform e-groceries juga mulai mendapatkan tempat di hati konsumen. Artikel ini akan mengulas kebiasaan belanja orang Indonesia di tahun 2024 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan studi dari Populix .
Dominasi Toko Fisik: Minimarket sebagai Pilihan Utama
Minimarket tetap menjadi destinasi utama bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam survei yang dilakukan, sekitar 77% responden menyatakan bahwa mereka lebih sering berbelanja di minimarket dibandingkan dengan jenis toko lainnya dalam enam bulan terakhir. Alasan utama yang menarik konsumen ke minimarket adalah lokasi yang mudah dijangkau dan ragam produk yang tersedia. Minimarket memberikan kemudahan akses, terutama bagi konsumen yang tinggal di daerah perkotaan dengan mobilitas tinggi.
Selain itu, frekuensi kunjungan ke minimarket juga cukup tinggi, dengan rata-rata konsumen mengunjungi minimarket 2-3 kali seminggu dan menghabiskan sekitar Rp 400 ribu per kunjungan. Kebutuhan akan produk-produk sehari-hari seperti makanan, minuman, dan keperluan rumah tangga menjadi alasan utama tingginya frekuensi kunjungan ini.
Supermarket dan Hypermarket: Alternatif untuk Kebutuhan yang Lebih Spesifik
Supermarket menempati posisi kedua sebagai tempat belanja favorit konsumen Indonesia, dengan 58% responden menyatakan bahwa mereka setidaknya mengunjungi supermarket sekali dalam sebulan. Di supermarket, konsumen cenderung membeli makanan dalam kemasan dan kebutuhan sehari-hari dengan anggaran rata-rata sekitar Rp 600 ribu per kunjungan.
Di sisi lain, hypermarket menjadi pilihan utama bagi konsumen yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Mereka cenderung mengeluarkan anggaran yang lebih besar, sekitar Rp 800 ribu per kunjungan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Produk yang dibeli di hypermarket biasanya mencakup kebutuhan rumah tangga dalam jumlah besar, seperti produk makanan beku, peralatan dapur, dan kebutuhan bayi.
E-Groceries: Solusi Belanja di Era Digital
Meskipun toko fisik masih mendominasi, platform e-groceries mulai menunjukkan peningkatan penggunaannya, terutama di kalangan keluarga dan pegawai kantoran. Sekitar 26% responden menggunakan layanan seperti Alfagift, Klik Indomaret, dan GrabMart dalam enam bulan terakhir. E-groceries menawarkan kemudahan dan kenyamanan, terutama bagi mereka yang memiliki jadwal sibuk atau tinggal di daerah dengan akses terbatas ke toko fisik.
Namun, meskipun e-groceries semakin populer, masih terdapat beberapa kendala yang membuat konsumen enggan sepenuhnya beralih ke belanja online. Biaya pengiriman yang tinggi, keterlambatan pengantaran, serta ketidakpuasan terhadap kualitas produk segar menjadi keluhan utama konsumen. Selain itu, ketidakmampuan untuk melihat dan memilih produk secara langsung serta navigasi aplikasi atau situs yang sulit juga menjadi hambatan dalam pengalaman belanja online.
Preferensi Produk dan Waktu Berbelanja
Produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen Indonesia di tahun 2024 mencakup kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan, produk kemasan, dan kebutuhan dapur. Sekitar 62% responden menyatakan bahwa mereka sering membeli bahan makanan, diikuti oleh makanan dalam kemasan (51%), kebutuhan dapur (50%), dan produk beku (46%).
Waktu berbelanja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti diskon, stok barang yang mulai habis, dan momen setelah hari gajian. Sekitar 38% responden mengaku lebih sering berbelanja saat ada diskon, sementara 32% lainnya berbelanja ketika stok barang mereka mulai menipis.
Tantangan dalam Pengalaman Belanja Online
Meskipun belanja online menawarkan berbagai kemudahan, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi konsumen Indonesia. Salah satu tantangan utama adalah biaya pengiriman yang tinggi, di mana sekitar 44% responden menyatakan hal ini sebagai salah satu kendala utama. Selain itu, keterlambatan pengiriman (43%) dan informasi produk yang tidak memadai (32%) juga menjadi faktor yang menghambat pengalaman belanja online.
Konsumen juga sering kali merasa frustrasi karena tidak bisa melihat dan memilih produk secara langsung, yang mengarah pada kekhawatiran tentang kualitas produk, terutama produk segar. Di samping itu, navigasi aplikasi atau situs yang rumit serta opsi pembayaran yang tidak fleksibel menjadi keluhan lain yang sering muncul.
Kesimpulan
Kebiasaan belanja orang Indonesia di tahun 2024 menunjukkan bahwa toko fisik masih menjadi pilihan utama bagi banyak konsumen, terutama minimarket dan supermarket. Namun, platform e-groceries mulai mendapatkan tempat, meskipun masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu diatasi. Untuk tetap relevan dan kompetitif, pelaku ritel di Indonesia perlu memahami preferensi dan kebutuhan konsumen, serta terus berinovasi dalam memberikan pengalaman belanja yang lebih baik, baik di toko fisik maupun online. Kombinasi antara kenyamanan, aksesibilitas, dan penawaran terbaik akan menjadi kunci sukses dalam memenangkan hati konsumen Indonesia di era yang semakin digital ini.